Gajah Perang atau War Elephant adalah Gajah yang digunakan untuk berperang oleh banyak bangsa di kawasan Hindustan, Asia, Afrika Utara sampai Eropa Mediterania.
Kegunaan Gajah perang adalah untuk kendaraan perang, sangat berguna untuk mematahkan barisan dan menginjak-injak musuh. Penggunaan Gajah dalam perang pertama kali dilakukan oleh bangsa India yang disebut Tentara Mahout.
Penggunaan Gajah perang kemudian menyebar ke Asia Tenggara dan daerah Mediterania. Pada masa Yunani kuno, gajah digunakan oleh Diadokhoi dari Ptolemeus untuk menangkis serangan kavaleri kompanion Macedonia, Gajah perang juga digunakan oleh Jenderal Phyrrus dari Yunani saat menyerang Republik Romawi dalam Perang Phyrric (280-275 SM).
Penggunaan Gajah perang dalam jumlah besar juga digunakan oleh pasukan Carthage/Kartago di bawah pimpinan Hannibal Barca pada Perang Punik (264-156 SM) melawan Kerajaan Romawi.
Nilai guna Gajah perang di daerah barat dan timur sangat berbeda. Di barat, misalnya militer Romawi yang lebih mengutamakan kedisplinan infantri dan kavaleri. Sementara di timur, gajah perang lebih banyak digunakan karena mereka mengandalkan rasa takut dan teror untuk mengalahkan musuh. Dalam semua perang yang memakai Gajah perang, Gajah jantan selalu digunakan karena sifatnya yang agresif.
Gajah perang dalam Perang Punik, Gajah perang Kartago dilengkapi dengan armor dan dinaiki oleh pemanah handal. |
Gajah perang juga memiliki kelemahan, Gajah umumnya cenderung mudah panik. Jika sakit terluka atau pengendaranya mati, gajah akan mengamuk dan berlari tak terkendali, bisa mengakibatkan kerugian pada kedua belah pihak yang sedang bertempur.
Infantri Romawi yang berpengalaman kadang mencoba untuk memotong belalai gajah dengan tujuan agar Gajah tersebut panik dan berlari ke belakang barisan mereka sendiri. Skirmisher yang bersenjatakan tombak juga sering berusaha menghalau gajah, karena tombak dapat membuat Gajah panik.
Gajah perang seringkali tidak terlindungi dibagian samping, karena itu infantri Romawi memakai api supaya Gajah musuh memperlihatkan bagian sampingnya. Dengan begitu, Gajah tersebut akan lebih mudah mendapatkan tusukan tombak.
Salah satu metode terkenal untuk mengacaukan pasukan Gajah perang adalah dengan menggunakan babi perang. Para penulis kuno percaya bahwa "Gajah takut pada suara lenguhan babi" , seperti dalam Perang Diadokhoi, pasukan Megara menumpahkan minyak pada sekawanan babi, lalu membakarnya, dan mengusirnya ke arah pasukan Gajah musuh. Gajah-Gajah tersebut menjadi panik akibat didatangi oleh kawanan babi yang terbakar.
Salah satu metode terkenal untuk mengacaukan pasukan Gajah perang adalah dengan menggunakan babi perang. Para penulis kuno percaya bahwa "Gajah takut pada suara lenguhan babi" , seperti dalam Perang Diadokhoi, pasukan Megara menumpahkan minyak pada sekawanan babi, lalu membakarnya, dan mengusirnya ke arah pasukan Gajah musuh. Gajah-Gajah tersebut menjadi panik akibat didatangi oleh kawanan babi yang terbakar.
Meskipun demikian, penggunaan gajah perang yang berlangsung selama ribuan tahun menunjukkan bahwa unit ini memang berguna dalam medan pertempuran.
Namun seiring perkembangan zaman, Gajah pun semakin sulit didapat. Penggunaan Gajah dalam perang di India juga berakhir ketika meriam mulai dipergunakan, Gajah saat itu hanya digunakan sebagai tenaga pembantu.
Namun seiring perkembangan zaman, Gajah pun semakin sulit didapat. Penggunaan Gajah dalam perang di India juga berakhir ketika meriam mulai dipergunakan, Gajah saat itu hanya digunakan sebagai tenaga pembantu.
.