Alaska adalah salah satu negara bagian Amerika Serikat yang terletak di wilayah Kutub Utara, tepatnya berbatasan dengan Yukon dan British Columbia di Kanada, Samudera Pasifik, Teluk Alaska, Selat Bering, Laut Beaufort, dan Laut Chukchi. Alaska merupakan negara bagian Amerika Serikat yang paling luas dengan jumlah penduduk paling sedikit.
Cuaca ekstrem dan terbatasnya sarana transportasi membuat enggan siapapun untuk bermukim, walaupun sumber alamnya melimpah. Selain itu, letak geografis Alaska tidak tersambung dengan daratan Amerika Serikat, sehingga wilayah tersebut merupakan daerah eksklave.
Latar Belakang
Sebelum bergabung dengan Amerika Serikat, Alaska merupakan wilayah kekuasaan Kekaisaran Rusia. Vitus Bering, seorang berkebangsaan Denmark yang bekerja untuk Rusia, berhasil mencapai Alaska pada tahun 1728. Namanya diabadikan sebagai nama selat yang memisahkan antara Asia dan Amerika, yaitu Selat Bering.
Latar Belakang
Sebelum bergabung dengan Amerika Serikat, Alaska merupakan wilayah kekuasaan Kekaisaran Rusia. Vitus Bering, seorang berkebangsaan Denmark yang bekerja untuk Rusia, berhasil mencapai Alaska pada tahun 1728. Namanya diabadikan sebagai nama selat yang memisahkan antara Asia dan Amerika, yaitu Selat Bering.
Pada tahun 1853-1856, terjadi Perang Krimea antara Kekaisaran Rusia melawan gabungan kekuatan Perancis, Inggris, Kerajaan Sardinia, dan Kesultanan Utsmaniyah. Perang yang menelan biaya tinggi menyebabkan krisis keuangan di Rusia. Krisis keuangan semakin parah saat utang 15.000.000 poundsterling yang dipinjam pemerintah Rusia dari keluarga Rothchilds mendekati waktu jatuh tempo. Keadaan tersebut memaksa pemerintah Rusia mengambil langkah instan dengan menjual sesuatu yang kurang berguna, sesuai saran yang disuarakan adik Tsar, Pangeran Konstantin Nikolaevich.
Pengkajian singkat Tsar Alexander II terhadap saran adiknya membuahkan sebuah keputusan, yaitu menjual Alaska kepada Amerika Serikat. Selain faktor krisis keuangan yang melanda Rusia, faktor “takut kehilangan” akibat ekspansi Inggris di Amerika Utara juga menjadi bahan pertimbangan. Inggris yang menjadi lawan Rusia saat Perang Krimea dikhawatirkan akan menganeksasi Alaska yang tanpa perlindungan militer. Melalui British Columbia, koloni Inggris di Amerika Utara yang berbatasan langsung dengan Alaska, Inggris bisa kapan saja mencaplok wilayah tersebut.
Pembelian Alaska
Pada tahun 1859 (3 tahun setelah Perang Krimea), pemerintah Rusia menawarkan Alaska kepada Amerika Serikat. Proses penawaran sempat terhenti saat meletus Perang Saudara Amerika. Penawaran kembali dilanjutkan usai perang berakhir ketika Tsar Alexander II memerintahkan salah satunya menterinya, Eduard de Stoeckl untuk berangkat ke Amerika Serikat. Penawaran yang dilakukan dengan Sekretaris Negara Amerika Serikat, William H. Seward langsung ditanggapi dan masuk ke tahap negosiasi.
Negosiasi pertama dilakukan pada awal Maret 1867. Setelah melewati beberapa sesi yang alot, kesepakatan harga pembelian wilayah seluas 1.518.800 km2 akhirnya ditandatangani pada pagi hari pukul 04.00, tanggal 30 Maret 1867, dengan nominal $ 7.200.000, atau sekitar $ 4,74 per km2. Penandatanganan kesepakatan tersebut nantinya akan dibawa William H. Seward ke parlemen untuk pengesahan. Dalam hal ini berarti jual-beli yang dilakukan Eduard de Stoeckl dan William H. Seward masih belum pasti.
Sambil menyelam minum air, Rusia merasa bahwa penjualan Alaska kepada Amerika Serikat memiliki kesempatan untuk melemahkan kekuasaan Inggris di Amerika Utara. Dengan begitu, koloni Inggris akan terjepit oleh Amerika Serikat yang berpeluang menganeksasi seluruh koloni Inggris di Amerika Utara, termasuk British Columbia dan pangkalan Angkatan Laut Inggris (Royal Navy) di Esquimalt.
Reaksi Publik Amerika
Kesepakatan yang dilakukan William H. Seward ternyata tidak seluruhnya disetujui publik Amerika Serikat. Sejarawan Ellis Paxson Oberholtzer merangkum pernyataan minoritas yang menentang pembelian, yang diambil dari beberapa editor surat kabar Amerika. Bagi mereka, meskipun Pembelian Alaska terbilang tidak mahal, dampaknya akan berimbas pada keuangan Amerika Serikat yang nantinya akan tersedot untuk sekadar biaya administrasi sipil dan militer. Selain itu, “padang gurun beku” tersebut letaknya terpisah dengan daratan Amerika Serikat sehingga rentan dianeksasi.
Terlepas itu semua, sebagian besar kalangan justru mendukung Pembelian Alaska yang berpendapat bahwa Amerika Serikat mungkin akan memperoleh manfaat ekonomi yang besar, sekaligus meningkatkan hubungan persahabatan dengan Rusia yang dianggap penting. Selain itu, 45% surat kabar Amerika juga mendukung pembelian tersebut sebagai pijakan awal untuk menganeksasi British Columbia.
Dalam suasana pro dan kontra yang mencuat, faktanya Pembelian Alaska berkali-kali lebih menguntungkan bagi Amerika Serikat. Wilayah yang dianggap “padang gurun beku” ternyata kaya akan sumber daya alam, seperti emas, tembaga, minyak bumi, dll.
Debat Senat
Untuk memperlancar langkahnya, William H. Seward membujuk Presiden Andrew Jonhson untuk menggelar sidang khusus Senat dengan jaminan tidak akan ada perdebatan. Partai Republik yang menjadi oposisi mencemooh “kebodohan Seward” dalam konteks kurangnya manfaat pembelian, bukan didasari permusuhan politik.
Pada tanggal 9 April 1867, Charles Sumner, Ketua Komite Senat Hubungan Luar Negeri, memenangkan persetujuan kesepakatan penandatanganan Pembelian Alaska dengan suara 37:2. Sejak saat itu, lebih dari setahun kasus ini tenggelam seiring memburuknya hubungan Presiden Andrew Johnson dengan Kongres. Alhasil, DPR menolak mencairkan dana yang diperlukan untuk transaksi Pembelian Alaska.
Pada bulan Juni 1868 (setelah sidang impeachment Presiden usai), Eduard de Stoeckl dan William H. Seward mengangkat kembali kampanye Pembelian Alaska. Pada bulan Juli 1868, akhirnya DPR menyetujui Pembelian Alaska dengan suara 113:48. Proses pembayaran dilakukan pada tanggal 1 Agustus 1868, melalui Riggs Bank yang menguangkan cek untuk pihak Rusia.
Kepemilikan Alaska
Dengan Pembelian Alaska yang difasilitasi William H. Seward, Amerika Serikat memperoleh wilayah yang luasnya dua kali lebih besar dari Texas. Secara tidak langsung Amerika Serikat mewarisi pengawasan Rusia di Alaska yang diperkirakan berisi sekitar 2.500 orang Rusia dan 8.000 orang pribumi, serta sekitar 50.000 pribumi yang ada di luar yurisdiksi.
Selain itu ada 2 daerah setingkat kota: New Archangel (sekarang Sitka) berpenduduk 968 jiwa yang didirikan tahun 1804 untuk menangani perdagangan kulit otter laut; dan St. Paulus di Kepulauan Pribilof yang merupakan pusat industri segel bulu yang berpenduduk 283 jiwa. Setelah itu, Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat mengubah penggunaan nama Alyaska (sebutan Rusia untuk Alaska) yang diambil dari bahasa Aleut, untuk disesuaikan dengan lidah orang Amerika sehingga menjadi “Alaska”.
Upacara Serah Terima
Upacara Serah Terima
Pada tanggal 18 Oktober 1867, berlangsung upacara serah terima wilayah Alaska oleh Kekaisaran Rusia yang diwakili Kapten Aleksei Alekseyevich Peshchurov kepada Amerika Serikat yang diwakili Jenderal Lovell Rousseau. Upacara serah terima dilakukan di Sitka dan dimeriahkan gemuruh tembakan artileri yang mengiringi parade bersama Tentara Rusia dan Amerika Serikat di depan rumah gubernur. Sebagai simbol serah terima, bendera Rusia diturunkan dan digantikan bendera Amerika Serikat. Setelah itu Tentara Amerika Serikat di bawah pimpinan Jenderal Jefferson Davis menempati barak bekas Tentara Rusia.
Keadaan Setelah Serah Terima
Menurut kisah T. Ahllund, seorang pandai besi yang bekerja di Sitka, tidak lama setelah upacara serah terima yang dilakukan kedua pihak, hampir semua orang Rusia di Alaska memutuskan untuk kembali ke Rusia, kecuali beberapa pedagang dan pendeta yang memilih menetap. Namun tidak lama setelahnya, sejumlah orang Rusia yang memilih menetap pada akhirnya juga memutuskan kembali ke Rusia, termasuk beberapa pedagang yang mengorbankan usahanya.
Hidup sebagai warga sipil Sitka di bawah kekuasaan Amerika Serikat sangat tidak nyaman di mata orang Rusia. Perbedaan budaya dan bahasa menjadi kendala utama dalam bersosialisasi. Selanjutnya mereka mengumpulkan dana kolektif untuk membeli kapal sebagai transportasi pulang ke Rusia. T. Ahllund mengatakan bahwa perjalanan mereka diwarnai mabuk laut di setiap pelabuhan yang disinggahi. Pelayaran yang tak terlupakan itu melewati rute Pulau Sandwich (Hawaii), Tahiti, Brasil, London, dan berakhir di Pelabuhan Kronstadt, St. Petersburg.
Alaska Day
Alaska Day atau Hari Alaska merupakan perayaan tahunan di Alaska dalam rangka memperingati hari upacara serah terima wilayah Alaska oleh Kekaisaran Rusia kepada Amerika Serikat pada tanggal 18 Oktober 1867, tanggal pada kalender Gregorian yang mulai berlaku di Alaska pada hari berikutnya untuk menggantikan kalender Julian yang digunakan Rusia (kalender Julian pada abad ke-19 merupakan 12 hari di belakang kalender Gregorian).
Perayaan resmi Alaska Day setiap tanggal 18 Oktober biasa diadakan di Sitka. Alaska Day merupakan hari libur bagi semua pegawai negeri dan siswa di negara bagian Alaska. Dalam perayaan tersebut akan dilakukan parade dan pengibaran bendera.
sumber: https://vincentandrik.wordpress.com/2014/04/03/pembelian-alaska/
.