Pendapat bahwa militer Italia adalah pejuang yang buruk dan mudah menyerah tidak sepenuhnya benar karena ada contoh kekuatan Italia yang cukup berhasil dan berani dalam berjuang.
Tapi, militer Italia kala itu terlanjur dicap sebagai pengecut dan pecundang. Dibandingkan pasukan Jerman, militer Italia memang tidak ada apa-apanya. Ada beberapa penyebab yang membuat militer Italia sedemikian itu. Paling tidak ada tiga faktor:
1. Miskin Persenjataan
Ketika Jerman menginvasi Polandia pada tahun 1939, Italia sama sekali tidak siap untuk berperang secara ofensif. Meski demikian, Mussolini sangat ingin berpartisipasi dalam penentuan ulang peta Eropa itu sehingga mengabaikan industri militer negerinya. Industry Italia sendiri sama sekali tidak siap untuk menghasilkan senjata, amunisi, artileri, tank dan truk menurut skala yang dibutuhkan. Pada awal masuknya Italia ke dalam perang, pasukannya lebih ideal pada saat Perang Dunia I daripada Perang Dunia II.
Artileri Italia berasal dari sisa-sisa dari abad sebelumnya dengan kontingen artileri kuda. Italia hampir tidak memiliki tank modern dan kendaraan lapis baja. Pada saat Italia mulai memproduksi tank yang lebih baik dan artileri mobile yang bisa bersaing dengan senjata sekutu, itu sudah sangat terlambat. Senjata ringan, seperti pistol Beretta dan senapan otomatis memang mampu dibuat dan terbukti ampuh, tetapi beberapa mesin dan sub-mesin jenis senapan sangat mengecewakan.
Di laut, Italia sebenarnya memiliki kapal cepat yang dirancang dengan baik, tetapi sayangnya justru bergerak lamban saat dilapisi baja dan tanpa dilengkapi radar. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut Regia Marina (AL Italia) menciptakan kapal bunuh diri berharga murah, seperti Perahu Motor Peledak dan Il Maiale. Keduanya adalah torpedo yang diawaki dua orang untuk ditabrakkan ke kapal musuh.
Kekuatan udara Italia tampak bagus di atas kertas tapi hampir tidak ada apa-apanya. Di awal perang mereka hanya punya beberapa ribu pesawat yang kebanyakan pesawat bekas. Beberapa pesawat modern yang diciptakan pun dirancang dengan buruk sehingga tidak sanggup menandingi pesawat-pesawat Sekutu. AU Italia juga menjadi sasaran kecaman internasional setelah menjatuhkan gas beracun selama penaklukan Ethiopia.
2. Miskin Kepemimpinan
Dalam membentuk militernya, Mussolini hanya mengisinya dengan orang-orang yang setia kepadanya. Sementara para jenderal yang bertempur di Perang Dunia I dan mereka yang punya kualifikasi layak tempur justru disingkirkan oleh Mussolini karena dianggap lebih loyal pada raja. Apa yang terjadi adalah pasukan tanpa kemahiran bertempur dengan komandan yang hanya punya loyalitas pada fasisme Mussolini. Mereka hanya bisa berkelahi tanpa tahu cara memenangkannya.
Uniknya, ketika pasukan Italia berada di bawah kendali Jerman, mereka berjuang jauh lebih baik. Pasukan Italia yang berpartisipasi dalam invasi Hitler di Rusia diketahui telah berjuang dengan baik, meski menghadapi pasukan Soviet yang lebih unggul dan cuaca yang keras.
1. Miskin Persenjataan
Ketika Jerman menginvasi Polandia pada tahun 1939, Italia sama sekali tidak siap untuk berperang secara ofensif. Meski demikian, Mussolini sangat ingin berpartisipasi dalam penentuan ulang peta Eropa itu sehingga mengabaikan industri militer negerinya. Industry Italia sendiri sama sekali tidak siap untuk menghasilkan senjata, amunisi, artileri, tank dan truk menurut skala yang dibutuhkan. Pada awal masuknya Italia ke dalam perang, pasukannya lebih ideal pada saat Perang Dunia I daripada Perang Dunia II.
Artileri Italia berasal dari sisa-sisa dari abad sebelumnya dengan kontingen artileri kuda. Italia hampir tidak memiliki tank modern dan kendaraan lapis baja. Pada saat Italia mulai memproduksi tank yang lebih baik dan artileri mobile yang bisa bersaing dengan senjata sekutu, itu sudah sangat terlambat. Senjata ringan, seperti pistol Beretta dan senapan otomatis memang mampu dibuat dan terbukti ampuh, tetapi beberapa mesin dan sub-mesin jenis senapan sangat mengecewakan.
Il Maiale
Di laut, Italia sebenarnya memiliki kapal cepat yang dirancang dengan baik, tetapi sayangnya justru bergerak lamban saat dilapisi baja dan tanpa dilengkapi radar. Untuk meminimalisir kekurangan tersebut Regia Marina (AL Italia) menciptakan kapal bunuh diri berharga murah, seperti Perahu Motor Peledak dan Il Maiale. Keduanya adalah torpedo yang diawaki dua orang untuk ditabrakkan ke kapal musuh.
Pesawat Tempur Italia MC-205
2. Miskin Kepemimpinan
Dalam membentuk militernya, Mussolini hanya mengisinya dengan orang-orang yang setia kepadanya. Sementara para jenderal yang bertempur di Perang Dunia I dan mereka yang punya kualifikasi layak tempur justru disingkirkan oleh Mussolini karena dianggap lebih loyal pada raja. Apa yang terjadi adalah pasukan tanpa kemahiran bertempur dengan komandan yang hanya punya loyalitas pada fasisme Mussolini. Mereka hanya bisa berkelahi tanpa tahu cara memenangkannya.
Loyalis Mussolini: Rodolfo Graziani "Tukang Jagal dari Ethiopia"
Uniknya, ketika pasukan Italia berada di bawah kendali Jerman, mereka berjuang jauh lebih baik. Pasukan Italia yang berpartisipasi dalam invasi Hitler di Rusia diketahui telah berjuang dengan baik, meski menghadapi pasukan Soviet yang lebih unggul dan cuaca yang keras.
Bahkan, keberanian dari Alpini Italia (Pasukan Gunung) dan resimen Voloire (Artileri Berkuda) selama Operasi Barbarossa menjadi legenda. Ketika keseluruhan serangan mulai gagal, Radio Moskow terdengar mengatakan "Hanya korps Alpini Italia yang dianggap tak terkalahkan di Front Rusia." Setelah kampanye Italia atas Yunani mengalami kegagalan, pasukan Italia kembali dikomandoi oleh Jerman dan ternyata menunjukkan efektifitasnya dalam pertempuran dibandingkan sat dipimpin oleh para tukang jagal Mussolini.
3. Tak Punya Hasrat Berperang
Dari awal Italia tampaknya tidak tertarik terlibat dalam perang. Pengumuman masuknya Italia ke dalam Perang Dunia II tidak disambut dengan antusias, melainkan dengan putus asa. Tampaknya hanya Mussolini dan kroni fasisnya saja yang tertarik pada perang. Sebuah kemauan untuk berjuang dan atau keinginan untuk melindungi tanah air adalah dua faktor dalam perang yang tak boleh diremehkan.
3. Tak Punya Hasrat Berperang
Dari awal Italia tampaknya tidak tertarik terlibat dalam perang. Pengumuman masuknya Italia ke dalam Perang Dunia II tidak disambut dengan antusias, melainkan dengan putus asa. Tampaknya hanya Mussolini dan kroni fasisnya saja yang tertarik pada perang. Sebuah kemauan untuk berjuang dan atau keinginan untuk melindungi tanah air adalah dua faktor dalam perang yang tak boleh diremehkan.
Ini adalah faktor terpenting. Sejarah memiliki banyak contoh bagaimana faktor-faktor itu telah membalikkan fakta, seperti saat Yunani Kuno mengalahkan Kekaisaran Persia yang jauh lebih perkasa. Contoh lainnya adalah kekalahan Soviet di Afghanistan oleh Mujahidin, kekalahan Perancis dan Amerika Serikat di Vietnam.
sumber: lifeinitaly.com
sumbrer gambar: dari berbagai sumber
.