Rabu, 05 Februari 2014

Gladiator




Gladiator pada umumnya adalah budak yang berjuang sampai mati dalam sebuah "permainan" mematikan di Lapang Coloseum untuk hiburan Kaisar, Bangsawan, dan Kaum elit di kota Roma.


Gladiator biasanya dilengkapi dengan helm, armor besi, dan tentunya pedang Gladius. dalam adat Romawi, tawanan perang itu harus dikorbankan dalam permainan untuk hiburan.


Dicintai oleh massa dan kadang-kadang dicemooh, gladiator Romawi adalah pahlawan kelas pekerja kuno. Selama lebih dari 650 tahun, orang berbondong-bondong ke arena di seluruh kekaisaran untuk menonton pejuang bersenjata dan terlatih terlibat dalam tontonan yang berlumuran darah bagian yang sama olahraga, teater dan pembunuhan berdarah dingin.


Berikut juga ada Fakta-Fakta seputar Gladiator..



1. Mereka tidak selalu seorang budak.


Tidak semua gladiator dibawa ke arena itu adalah seorang budak, sebagian besar mereka adalah tawanan dan budak yang melakukan kejahatan kriminal, prasasti makam menunjukkan bahwa pada abad ke-1 Masehi demografi gladiator telah mulai berubah. 


Namun, gladiator juga bisa berasal dari orang "bebas" yang memang memutuskan untuk menjadi seorang petarung. Terpikat oleh sensasi pertempuran dan deru kerumunan, sejumlah orang "bebas" mulai sukarela menandatangani kontrak dengan Lanista atau "sekolah gladiator" dengan harapan memenangkan kemuliaan, popularitas dan hadiah uang. dan beberapa bangsawan kelas atas, ksatria dan bahkan senator juga ingin menunjukkan kemampuan bertarung mereka.





2. Pertarungan gladiator awalnya merupakan bagian dari upacara pemakaman.



Banyak penulis sejarah kuno menggambarkan permainan Romawi diadopsi dari budaya Etruria, namun sebagian besar sejarawan sekarang berpendapat bahwa perkelahian gladiator awalnya sebagai ritual berdarah yang dipentaskan di pemakaman bangsawan kaya. 
Ketika bangsawan meninggal, keluarga mereka akan mengadakan pertunjukan antara budak atau tahanan sebagai semacam pidato mengerikan bagi kebaikan orang itu semasa hidupnya. 

Menurut penulis Romawi Tertulianus dan Festus, karena orang-orang Romawi percaya bahwa darah manusia membantu memurnikan jiwa orang yang sudah meninggal, kontes ini mungkin juga bertindak sebagai pengganti minyak mentah untuk pengorbanan manusia. Permainan di pemakaman kemudian meningkat dalam masa pemerintahan Julius Caesar, yang dipentaskan antara ratusan gladiator untuk menghormati mendiang ayahnya dan putrinya. karena terbukti sangat populer, dan pada akhir abad ke-1 SM, pejabat pemerintah mulai menggelar pentas pertandingan yang didanai negara sebagai cara untuk menarik simpati massa.





3. Mereka tidak selalu bertempur sampai mati.




Film-film Hollywood dan acara televisi sering menggambarkan Gladiator sebagai perkelahian bebas untuk semua, padahal itu dioperasikan dibawah aturan dan peraturan yang cukup ketat, ada pula Wasit yang mengawasi tindakan, dan mungkin bisa menghentikan pertarungan setelah salah satu peserta mengalami luka parah. 


Sebuah pertandingan bahkan bisa berakhir dengan jalan buntu jika penonton bosan, dan dalam kasus yang jarang terjadi, kedua prajurit diizinkan meninggalkan arena dengan hormat jika mereka telah membuat acara yang menarik bagi orang banyak.

Karena seorang Gladiator itu mahal harga nya (Pondok, Makan, Pelatihan dibiayai oleh seorang Promotor), Promotor mereka enggan untuk melihat mereka tewas dengan sia-sia. Pelatihnya mungkin telah mengajarkan para pejuang mereka untuk melukai, tidak membunuh, dan pejuang mungkin telah paham untuk tidak menyakiti saudara sesama mereka. 


Namun demikian, kehidupan gladiator biasanya brutal dan pendek. Paling hanya hidup sampai pertengahan tahun 20-an, dan sejarawan telah memperkirakan bahwa dalam satu dari lima atau satu dari 10 pertarungan hanya satu peserta yang mati.





4. Isyarat terkenal "jempol ke bawah mungkin juga tidak berarti kematian.



Jika seorang gladiator itu terluka serius atau melemparkan senjatanya dalam kekalahan, nasibnya tersisa di tangan penonton. Dalam kontes yang digelar di Colosseum, kaisar memiliki wewenang akhir untuk peserta yang menyerah, antara dibiarkan hidup atau mati, tetapi kuasa seringkali membiarkan peserta menang yang memutuskan. 


Lukisan dan film-film sering menunjukkan kerumunan yang memberikan gerakan "jempol ke bawah" ketika mereka ingin gladiator yang menyerah dipermalukan atau dihabisi. karena isyarat itu bisa saja berarti "biarkan dia pergi!" Atau "membunuhnya!". Jika banyak penonton yang menghendaki mati, gladiator menang akan menusuk lawannya diantara tulang belikat atau melalui leher dan ke jantung.






5. Mereka dibagi ke dalam kelas yang berbeda jenis.






Pada saat Colosseum dibuka pada 80 M, permainan gladiator telah berevolusi dari pertempuran sampai mati menjadi sebuah olahraga darah yang terorganisir dengan baik. 


Petarung ditempatkan di kelas yang berdasarkan catatan, tingkat keterampilan dan pengalaman, dan paling khusus dalam gaya bertarung tertentu dalam mengatur persenjataan. 

Gladiator yang paling populer adalah kelas "thraceas" dan "murmillones," yang berjuang dengan pedang dan perisai; ada juga "Equites" yang memasuki arena dengan menunggang kuda; "essedarii" yang berjuang diatas kereta; dan "dimachaerus" yang memegang dua pedang sekaligus. Dari semua jenis gladiator yang populer, yang jarang adalah "Retiarius," yang dipersenjatai dengan jaring dan trisula.





6. Mereka jarang berperang melawan binatang.



Colosseum dan lainnya arena Romawi sering dikaitkan dengan pertarungan melawan hewan buas, tapi itu sudah biasa bagi gladiator untuk terlibat dengan itu. "venatores" dan "bestiarii" adalah kelas khusus yang melawan hewan liar seperti rusa, burung unta, singa, buaya, beruang dan bahkan gajah. 


Perburuan hewan biasanya ada di acara pembukaan game, dan itu tidak biasa bagi sejumlah makhluk malang yang disembelih dalam pameran tunggal. 9000 hewan dibunuh dalam upacara 100 hari untuk menandai pembukaan Colosseum, dan 11.000 lainnya kemudian dibunuh sebagai bagian dari festival 123 hari yang diadakan oleh Kaisar Trajan pada abad ke-2 M Sementara sebagian besar hewan hanya disembelih untuk olahraga, dilatih untuk melakukan atraksi atau bahkan diadu satu sama lain dalam perkelahian. 

Hewan liar juga digunakan sebagai media populer dari eksekusi. para Penjahat dan orang-orang Kristen dihukumnya dengan cara dilempar ke anjing lapar, singa dan beruang sebagai bagian dari hiburan pada hari itu.





7. Kaum Perempuan juga ada yang berjuang sebagai gladiator.



Budak Wanita juga ada yang dihukum di arena bersama rekan-rekan pria nya, tapi beberapa warga yang mengambil kehendak bebas sendiri. Para sejarawan tidak yakin adanya perempuan yang cocok untuk bertarung sebagai gladiator, namun pada abad 1 M mereka telah menjadi perangkat umum dalam permainan. 


Kaisar Domitianus menyukai pertarungan perempuan dengan orang kerdil, tetapi tampaknya ada beberapa yang telah membuktikan diri dalam pertempuran duel setara. Sebuah bantuan marmer sekitar abad ke-2 M menggambarkan pertarungan antara dua wanita yang dijuluki "Amazon" dan "Achillia". Wanita juga bergabung dalam perburuan hewan, namun tugas mereka di arena mungkin berakhir sekitar tahun 200 M, ketika Kaisar Septimius Severus melarang partisipasi wanita dalam permainan.





8. Beberapa gladiator mengorganisir diri dalam serikat pekerja.



Kebanyakan Gladiator memandang diri mereka sebagai semacam persaudaraan, dan beberapa bahkan membuat kelompok atau disebut "collegia" dengan para pemimpin yang mereka pilih sendiri. Ketika salah satu anggota jatuh dalam pertempuran, kelompok ini akan memastikan bahwa rekan mereka menerima pemakaman yang layak dan membuat kuburan prasasti penghormatan atas prestasinya di arena. Jika almarhum punya istri dan anak-anak, mereka juga akan memastikan keluarganya menerima kompensasi moneter dari mereka.





9. Beberapa kaisar Romawi berpartisipasi dalam pentas pertarungan gladiator.




Permainan gladiator adalah cara mudah bagi kaisar Romawi untuk memenangkan hati, dan citranya dari warganya, dan ternyata ada juga beberapa kaisar Roma yang mengambil cara nekat itu. Diantaranya Kaisar Caligula, Titus dan Hadrian, meskipun kemungkinan besar dalam kondisi yang terkendali. 


Yang tergila adalah Kaisar Commodus sering mencoba untuk mendapat "wow" dari orang banyak dengan membunuh beruang dan macan kumbang dalam panggung, dia juga berkompetisi dalam beberapa perkelahian melawan gladiator, meskipun biasanya membuat lawannya yang berpengalaman berpengalaman ketakutan karena warga pasti berpihak pada kaisar, dan lawan pun tidak segan jika harus menang dan menghabisi kaisar.





10. Ketenaran Gladiator bagaikan Selebriti masa kini.



Meskipun sering dianggap biadab dan tidak beradab oleh sejarawan Romawi, gladiator memenangkan ketenaran besar di kelas bawah. Banyak potret mereka menghiasi dinding tempat-tempat umum; anak-anak bermain dengan "action figure" gladiator yang terbuat dari tanah liat. 

Mereka juga terkenal karena kemampuan mereka untuk membuat wanita Romawi pingsan. Graffiti dari Pompeii menjelaskan salah satu pejuang yang "menangkap gadis-gadis pada malam hari di gawangnya" dan lain "yang menyenangkan semua gadis" Banyak wanita mencelupkan jepitan rambut dan perhiasan lainnya ke dalam darah gladiator, dan bahkan campuran keringat gladiator dianggap sebagai Aphrodisiak (Istilah kecantikan Dewi Aphrodite) dalam krim wajah dan kosmetik.

Lihat juga 10 Gladiator yang Berhasil meraih ketenarannya.

Jadi disamping Mereka dianggap rendah sebagai budak, mereka juga dihormati sebagai petarung berbakat dan terampil, Gladiator dibayar untuk semua pertarungan yang mereka lakukan dan beberapa diantaranya mampu membeli jalan menuju kebebasan. Banyak gladiator menjadi selebriti dan bekerja sebagai pengawal setelah masa bertarung mereka berakhir.




11. Akhir dari Permainan Gladiator




Mungkin kalian pernah bertanya-tanya bagaimana akhir dari permainan Gladiator di tanah Romawi, ternyata penghapusan nya terjadi secara bertahap.

Awal kali pertama untuk mengakhiri permainan gladiator terjadi selama pemerintahan Constantine Agung. Dia mengeluarkan dekrit yang melarang permainan gladiator pada tahun 346 M berada di bawah desakan Pastur gereja dari Dewan Nicean. Dalam dekrit itu, siapapun yang dikirim ke arena harus diarahkan ke pertambangan untuk bekerja sebagai gantinya. Tapi fatwa ini diabaikan atau diikuti sementara dalam waktu yang singkat. 

Constantine pun menemukan permainan yang lebih menarik, dia menganjurkan agar dimainkan di Etruria dan selama festival tahunan di Roma. Setelah sedikit satu abad perubahan yang berlangsung di Roma. Agama resmi Roma saat itu berubah menjadi agama Kristen dan kekaisaran Romawi dibawah pemerintahan Constantine II. Dia membuat tanda resmi untuk melarang tentara dan pejabat mengambil bagian dalam permainan gladiator, dan akhirnya menjadi sebuah dekrit yang benar-benar ditaati meskipun dalam jangka waktu yang cukup lama.

Berikutnya ada Valentinianus I, yang melarang setiap orang Kristen untuk dikirim ke sekolah-sekolah gladiator. 

Salah satu peristiwa besar yang menyebabkan penghapusan gladiator terjadi saat pertandingan, pada tahun 404 M ada seorang biarawan yang bernama St. Telemachus melompat dari panggung penonton dan mencoba untuk memisahkan para petarung, kejadian ini membuat marah penonton karena mengganggu "hiburan" mereka dan melempari Telemachus hingga tewas. 

Kejadian itu membuat marah kaisar dan masyarakat umum, sehingga Kaisar Honorius benar-benar menghapus permainan gladiator selama-lamanya karena sebelumnya dia sudah menutup sekolah Gladiator terakhir beberapa tahun sebelum kejadian itu, dan permainan Gladiator pun lenyap sepenuhnya pada awal abad-ke 5 M.






sumber dan terjemahan: 

  • en/id.wikipedia
  • http://www.history.com/news/history-lists/10-things-you-may-not-know-about-roman-gladiators
  • http://www.sm-designs.com/glad/end.html
.